MalinKundang minangka bocah sing rajin, dheweke nulungi gaweane ibune supoyo saget ngurangi beban wong tuwone. Nganti sawijining dino, bapakne lelayaran. Nanging sawise dino kasebut, ora keprungu maneh kabare. Wis pirang-pirang taun kepungkur, ibune Malin Kundang saiki rajin makaryo dhewe kanggo ngyonggo awake dhewe lan Malin. MalinKundang | Cerita dan Dongeng Anak Berbahasa Indonesia | Legenda Rakyat NusantaraMalin Kundang - Cerita dan Dongeng Anak persembahan Riri Story & Animat Itulahkapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang. sangkuriang1982 full movie youtube. nurul hikmah hidayat naskah dialog legenda malin kundang. cerita rakyat sangkuriang legenda jawa barat digital. contoh narrative text legenda tangkuban perahu and. contoh narrative text malin kundang dalam bahasa inggris. dialog drama sangkuriang docx scribd com. sangkuriang legenda wikipedia bahasa Vay Nhanh Fast Money. Cerita rakyat Malin Kundang adalah salah satu legenda yang kisahnya paling populer di IndonesiaCerita rakyat Malin Kundang adalah salah satu legenda yang kisahnya paling populer di Indonesia. Malin Kundang mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka terhadap orang tuanya lalu dikutuk menjadi batu oleh saking populernya dongeng tersebut, cerita rakyat Malin Kundang ini sempat dibuat menjadi film, sinetron, hingga drama itu, patung Malin Kundang yang ada di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat, kini menjadi salah satu destinasi wisata wajib jika berkunjung ke Kota Juga Pelajari 5 Cara Asyik Membacakan Dongeng untuk AnakCerita Rakyat Malin KundangMeskipun berakhir tidak bahagia, karena Malin Kundang dikutuk menjadi batu, namun cerita ini mengandung banyak hal positif dan nilai-nilai yang bisa dicontoh untuk Si dari taat pada orang tua, tidak sombong dengan sesama manusia, dan perjuangan menuju berikut ini cerita rakyat Malin Kundang, seperti dilansir dari buku 'Malin Kundang Cerita Rakyat Sumatera Barat' oleh Keluarga Nelayan yang MiskinFoto cerita rakyat malin kundang zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri di perkampungan nelayan Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat. Mereka memiliki anak lelaki bernama Malin Kundang. Keluarga ini hidup serba kekurangan dan memperbaiki nasib keluarga, ayah Malin Kundang memutuskan untuk merantau ke negeri seberang dengan mengarungi lautan menggunakan kapal Mande Rubayah Berjuang Sendiri Membesarkan Malin KundangFoto cerita rakyat malin kundang berlalu, Malin dan ibunya yang bernama Mande Rubayah tak kunjung mendengar kabar dari sang Malin hanya bisa pasrah dan berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan Malin Kundang. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mande Rubayah berjualan kue dari pasar ke pasar dan rumah ke suatu hati, Malin tiba-tiba jatuh sakit. Anak malang itu sakit keras bahkan hampir merenggut berkat kasih sayang ibunda, Malin berhasil sembuh dan selamat dari penyakit yang mematikan. Setelah sembuh dari sakit parah, Malin semakin menyayangi ibunya dan keduanya hidup saling Juga 11 Dongeng Sebelum Tidur Paling Populer di Dunia, Yuk Bacakan ke Si Kecil!3. Malin Meminta Izin MerantauFoto cerita rakyat malin kundang hidup berdua, tak terasa Malin sudah dewasa. Dalam cerita rakyat Malin Kundang itu, ia meminta izin kepada ibunya untuk merantau ke kota besar untuk mencari uang dan mengubah nasibnya serta saat itu juga sedang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis, sehingga Malin tak ingin melewatkan kesempatan besar untuk begitu, sang ibu mulanya melarang Malin untuk pergi karena takut terjadi sesuatu.“Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya pun mencoba menenangkan sang ibu, "Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil menggenggam tangan ibunya."Ini kesempatan Bu, karena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” ujar Malin sambil berat hati, Mande Rubayah mencoba menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutannya atas kepergian Malin. Ia pun mengizinkan Malin untuk merantau ke kota besar. Dan berjanji akan selalu menunggu Malin kembali ke rumah.“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya terisak tangis. Sebelum pergi, Malin dibekali dengan tujuh nasi berbungkus daun pisang untuk bekal di Malin berangkat ke kota besar menaiki kapal dan meninggalkan ibunya sendirian di kampung Juga Dongeng Sebelum Tidur, Bacakan Cerita Rakyat Lutung Kasarung untuk Si Kecil4. Ibunda Malin Setia Menunggu Kabar dan Kepulangan AnaknyaFoto cerita rakyat malin kundang kepergian Malin, hari-hari dilalui dengan sepi dan waktu berjalan begitu lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore, Mande Rubayah selalu pergi ke pantai untuk memandang laut dan bertanya-tanya, "sudah sampai manakah kamu berlayar, Nak?" tanyanya dalam didera rindu dan kekhawatiran tentang keselamatan anak semata wayangnya, Mande Rubayah tak lupa untuk selalu mendoakan Malin agar selamat dan berhasil di kota kali ada kapal merapat di Pantai Air Manis, Mande Rubayah selalu menanyakan kabar anaknya kepada nelayan dari kapal tersebut, "Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” setiap orang ia tanyai tidak pernah memberikan jawaban atau memberikan titipan salam maupun pesan dari anak Juga Ini Dia Legenda Sangkuriang yang Bisa Jadi Pengantar Tidur untuk Anak, Yuk Dibaca!5. Kabar Gembira dari Awak KapalFoto cerita rakyat malin kundang terasa bertahun-tahun telah berlalu menunggu kabar Malin, Mande Rubayah kini tak lagi muda. Jalannya sudah terbungkuk-bungkuk, wajahnya dipenuhi keriput dan rambutnya memutih. Meski begitu, ingatan dan kasih sayangnya kepada Malin tak pernah suatu hari, seorang nakhoda yang dahulu membawa Malin ke kota besar memberi kabar bahagia kepada Mande Rubayah.“Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucap si hal itu, Mande Rubayah hanya ingin segera bertemu anaknya. Setiap malam berdoa agar Malin cepat pulang. Keyakinan bahwa anaknya akan pulang tak pernah Juga 6 Manfaat Dongeng Dalam Membentuk Karakter Anak6. Malin Kundang Pulang ke Kampung HalamanFoto cerita rakyat malin kundang ketika, sebuah kapal besar, megah, dan indah menepi di Pantai Air Manis. Warga berkumpul mengelilingi kapal mewah tersebut karena mengira bahwa kapal itu milik seorang sultan atau Rubayah ikut berdesakan mendekati kapal dan benar saja pemuda tampan berpakaian indah itu adalah Malin Kundang. Dengan spontan, Mande Rubayah langsung memeluk Malin dengan erat seakan tak ingin lagi kehilangan.“Malin, anakku. Kau benar anakku kan? Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” ujarnya sambil menangis Juga Tak Disangka, Ini 4 Manfaat Membacakan Dongeng untuk Si Kecil7. Kebohongan Malin KundangFoto cerita rakyat malin kundang suaminya dipeluk oleh perempuan renta dengan baju compang camping, istri Malin meludah dan mengatakan, "Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku! Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!" ujar istri Malin dengan emosi dan hal itu, Malin kemudian berbohong. Ia mendorong tubuh ibunya yang lemah dan mengatakan,"Wanita gila! Aku bukan anakmu!" kata Malin dengan perlakukan Malin, Mande Rubaya seakan tak percaya.“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!" ujarnya seraya tertatih bangun dari tak mempedulikan perkataan ibunya, rasa malunya kepada istrinya jauh lebih besar ketimbang rasa sayangnya kepada sang ibu. Malin pun tak mengakui bahwa Mande Rubaya adalah ibunya.“Hai, wanita gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” tepis Malin ketika melihat ibunya mencoba memeluknya Juga Pelajari 5 Cara Asyik Membacakan Dongeng untuk Anak8. Mande Rubaya Mengutuk Malin Menjadi BatuFoto cerita rakyat malin kundang Rubaya pun pingsan, ketika ia sadar pantai sudah sepi dan kapal mewah yang ditumpangi Malin telah pergi menjauh. Tak hanya tubuhnya yang kesakitan, hatinya jauh lebih terluka saat mengetahui bahwa anak semata wayangnya berbuat semena-mena Rumabay pun berdoa kepada Tuhan,"Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!" ucapnya sambil kemudian, hujan lebat tiba-tiba mengguyur disertai badai besar yang menyebabkan kapal mewah Malin Kundang terhantam. Petir pun menyambar dan menyebabkan kapal milik Malin hancur berkeping-keping hingga terbawa ke tepi Pantai Air harinya, ditemukan batu besar menyerupai manusia sedang bersujud dan itulah tubuh Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi di sela-sela serpihan batu, terlihat ikan teri, ikan belanak, dan ikan tenggiri berenang di sekitarnya. Menurut legenda, ikan itu merupakan serpihan tubuh istri masyarakat setempat, terkait cerita rakyat Malin Kundang, hingga kini apabila ada ombak besar, terdengar jeritan manusia yang sedang meratapi nasibnya, "Ampun, Bu…! Ampuun!" menurut legenda itu adalah suara Malin cerita rakyat Malin Kundang yang populer dan penuh pembelajaran. Moms bisa mendongengkan cerita rakyat Malin Kundang ini kepada Si Kecil saat malam hari atau ketika hari libur. Dongeng Bahasa Jawa - Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan mendongeng untuk anak banyak ditinggalkan orang tua. Padahal membaca cerita dongeng anak sebelum tidur seperti yang akan kami bahas di sini memiliki banyak antaranya, kegiatan ini bisa mendekatkan hubungan antara orang tua dan buah hati. Anak jadi merasa diperhatikan dan memiliki waktu khusus yang dicurahkan untuknya. Dari segi kognitif, kosa kata dan kemampuan berimajinasi anak akan meningkat. Anda pun bisa melatih daya ingat anak dengan menanyakan inti dari kisah yang Anda bacakan buku cerita dongeng anak sebelum tidur bergambar, Anda juga dapat mengenalkan konsep warna dan bentuk. Yang tak kalah penting, Anda pun bisa menanamkan pesan moral yang penting untuk dimilikinya kelak. Kalau bingung memilih kisah yang ingin dibacakan, di sini sudah kami sediakan Banyak cerita dongeng anak sebelum tidur yang menarik dan edukatif. Ada dongeng anak dari berbagai penjuru dunia, ada juga yang berasal dari dalam negeri. Selengkapnya bisa langsung Anda simak di bawah ini. BERIKUT CERITANYA Sawijining dina, ing desa kang adoh saka aktifitas kulawarga nelayan sing omahé ana pinggire segoro kalebu wilayah Sumatera Barat Sumatera Kulon. Amargo kahanané kulawarga iku ora duwé mlarat, bapaké nékat budhal nggolék gawéan ing negara liya kanthi numpak perau nyebrang segara sing amba banget. Bapaké Malin ora tau balik manèh ing deso lan kulawargané, jalaran Ibune cancut taliwondo kudu nggenténi tugas Bapaké Malin kanggo golék panguriban. Malin iku klebu bocah sing pinter banget ananging rodo mbeling. Dhewéké kereb nguber-uber pitik lan nyeblak kambék sapu. Sawijining dina, nalika Malin lagi nguber-uber pitik, dhéwéké kesandung watu lan lengen kanane catu keno watu. Catu ono lengene iku mari nanging wekasé ora biso ilang. Amargo rasa welas karo Ibuné sing rekoso banget nggolek panguriban kanggo nggedhekaké dhéwéké, Malin nekat lunga adoh supaya mengkeh bisa sugih yèn uwis balik bali maneh ing desane. Mula-mulane ibune Malin Kundang ora sepiro setuju, ngelingi garwane uwis ora tau kundur maneh sak wise tindak adoh, nanging Malin pancet ngengkel sing pungkasane Ibune marengake Malin lungo adoh nunut perahu duweke saudagar. Naliko suwe ono perahu iku, Malin Kundang mempeng sinau ukoro ilmu pelayaran ono uwong-uwong prahu sing uwis duwe pengalamane akeh. Ing tengah-tengahe segoro, dumadakan prahu sing ditumpangi Malin Kundang dikroyok begal-begal segoro. Kabeh bondho dagangane duwekane saudagar sing ono njerone prahu dijaluk kanthi pekso karo begal-begal segoro, malah ora sethithik wong-wong prahu osing dipateni karo begal-begal segoro. Malin Kundang kabekjan, dheweke ndelik ing njero kamar cilik sing ketutup kayu. Amargo itu ora dipateni karo begal-begal Malin kundang kelunto-lunto ing tengahing segoro, ing pungkasane prahu sing ditumpangi nyanggrok ono ing sakwijining pulo. Nganggo tenogo sing amung sethithik Maling Kundang mlaku tumuju ning deso sing cedhak karo pinggire segoro pantai. Deso sing dienggone Malin Kundang naliko kesasar iku klebu deso sing makmur banget. Amargo ulet lan temenan anggone nyambut gawe, Malin suwining suwe kasil dadi wong sugeh bando. Dheweke duwe parahu dagang akeh kambek rewang anak buah sing akehe luwih soko 100 uwong. Sak wise dadi sugih bondho iku Malin Kundang nglamar wanodyo supayo dadi sisihane garwane/bojone. Pawartos Malin Kundang sing uwis dadi wong sugih bondho lan uwis kromo nganti tekan talingan ibune Malin Kundang. Ibu Malin Kundang rumaos bersyukur lan remen banget amargo putrane uwis kasil. Wiwit dino iku, ibu Malin sakben dinane tindak dermaga, ngrantos putrane karo nggalih menowo wae balek ing desone. Sak wetoro suwi omah-omah, Malin lan sisihane budhal numpak prahu karo anak-anak ugo akeh wong-wong ngisorane sing melu njogo. Ibu Malin sing pirso ono prahu teko ono dermaga mirsani uwong loro ngadeg ono dhuwure gladak prahu. Piyambake percados yen wong sing ngadeg kuwi sejatine putrane, Malin Kundang karo sisihane bojone. Ibu Malin Kundang tindak nyedeg prahu. Sak wise cedhak, ibune pirso ono wekas catu ing lengen kanan wong iku, mulo ibune tambah percoyo percados yen wong sing dicedheki iku Malin Kundang. “Malin Kundang, putraku, kenopo kowe lungo suwi banget tanpo ngirim warto?", ngendikane karo ngarangkul Malin Kundang. Nanging ndelok wong wadon tuwo sing agemane lungset lan reged ngrangkul dheweke, Malin Kundang nesu sing sak temene dheweke wis ngrumangsani yen iku sejatine ibune, nanging dheweke rumongso isin yen kahanan iku mau nganti bojo lan wong-wong ngisorane weruh. Jalaran nompo tumindak olo soko putrane iku, ibu Malin Kundang dadi duko yayah sinipi. Piyambake ora ngiro yen putrane dadi anak keblinger durhaka. Amargo banget lehe duko, ibu Malin ngentikan lan nyedakake bersumpah kanggo putrane, “ Duh Gusti, menawi leres tiyang meniko anak kawulo, kawulo nyedakaken tiyang meniko dados watu” Sak wisé iku, ora let suwi Malin Kundang balék manèh numpak prahu layar, lan ono tengah-tengahing segara dumadakan teka angin puyuh ngantiprahu layar Malin Kundang rusak. Sak banjuré awaké Malin Kundang suwining-suwi dadi kaku sing pungkasané dadi awujud watu karang. Nganti sepréné Watu Malin Kundang isih bisa didelog ana ing sawijining pinggiran segara pantai sing dijenengaké Pantai Bayu Legi Pantai Air Manis, ing sisih kidul kuto Padang, Sumatera Barat. Cerita dongeng Malin Kundang merupakan cerpen cerita rakyat yang berasal dari Sumatera Barat. Dongeng cerita rakyat malin kundang sangat lah terkenal di bumi pertiwi. Selain diceritakan secara turun temurun video cerita malin kundang juga sudah dibuat dalam berbagai versi. Blog saja sudah memiliki 2 versi yang berbeda dari cerita dongeng Malin Kundang. Bagi adik-adik yang belum pernah mendengar kisahnya, kakak ceritakan versi kedua dari cerpen cerita rakyat malin kundang. Pada zaman dahulu di sebuah perkampungan nelayan Pantai Air Manis di daerah Padang, Sumatera Barat hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah bersama seorang anak laki-lakinya yang bernama Malin Kundang. Mande Rubayah amat menyayangi dan memanjakan Malin Kundang. Malin adalah seorang anak yang rajin dan penurut. Mande Rubayah sudah tua, ia hanya mampu bekerja sebagai penjual kue untuk mencupi kebutuhan ia dan anak tunggalnya. Suatu hari, Malin jatuh-sakit. Sakit yang amat keras, nyawanya hampir melayang namun akhirnya ia dapat diseiamatkan-berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia semakin disayang. Mereka adalah ibu dan anak yang saling menyayangi. Kini, Malin sudah dewasa ia meminta izin kepada ibunya untuk pergi merantau ke kota, karena saat itu sedang ada kapal besar merapat di Pantai Air Manis. “Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya sedih setelah mendengar keinginan Malin yang ingin merantau. “Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil menggenggam tangan ibunya. “Ini kesempatan Bu, kerena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” pinta Malin memohon. “Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya sambil menangis. Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan anaknya pergi. Kemudian Malin dibekali dengan nasi berbungkus daun pisang sebanyak tujuh bungkus, “Untuk bekalmu di perjalanan,” katanya sambil menyerahkannya pada Malin. Setelah itu berangkatiah Malin Kundang ke tanah rantau meninggalkan ibunya sendirian. Hari-hari terus berlalu, hari yang terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut, “Sudah sampai manakah kamu berlayar Nak?” tanyanya dalam hati sambil terus memandang laut. la selalu mendo’akan anaknya agar selalu selamat dan cepat kembali. Beberapa waktu kemudian jika ada kapal yang datang merapat ia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. “Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” tanyanya. Namun setiap ia bertanya pada awak kapal atau nahkoda tidak pernah mendapatkan jawaban. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya. Bertahun-tahun Mande Rubayah terus bertanya namun tak pernah ada jawaban hingga tubuhnya semakin tua, kini ia jalannya mulai terbungkuk-bungkuk. Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nakhoda dulu membawa Malin, nahkoda itu memberi kabar bahagia pada Mande Rubayah. “Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucapnya saat itu. Cerita Dongeng Malin Kundang Mande Rubayah amat gembira mendengar hal itu, ia selalu berdoa agar anaknya selamat dan segera kembali menjenguknya, sinar keceriaan mulai mengampirinya kembali. Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin dari nahkoda itu, Malin tak kunjung kembali untuk menengoknya. “Malin cepatlah pulang kemari Nak, ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang…,” rintihnya pilu setiap malam. Ia yakin anaknya pasti datang. Benar saja tak berapa lama kemudian di suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang megah nan indah berlayar menuju pantai. Orang kampung berkumpul, mereka mengira kapal itu milik seorang sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira. Ketika kapal itu mulai merapat, terlihat sepasang anak muda berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkiiauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum karena bahagia disambut dengan meriah. Mande Rubayah juga ikut berdesakan mendekati kapal. Jantungnya berdebar keras saat melihat lelaki muda yang berada di kapal itu, ia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anaknya, Malin Kundang. Belum sempat para sesepuh kampung menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. la langsung memeluknya erat, ia takut kehilangan anaknya lagi. “Malin, anakku. Kau benar anakku kan?” katanya menahan isak tangis karena gembira, “Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” Malin terkejut karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang—camping itu. Ia tak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Sebelum dia sempat berpikir berbicara, istrinya yang cantik itu meludah sambil berkata, “Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku!” ucapnya sinis, “Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!” Mendengar kata-kata pedas istrinya, Malin Kundang langsung mendorong ibunya hingga terguling ke pasir, “Wanita gila! Aku bukan anakmu!” ucapnya kasar. Mande Rubayah tidak percaya akan perilaku anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata, “Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!” Malin Kundang tidak memperdulikan perkataan ibunya. Dia tidak akan mengakui ibunya. la malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya, Malin menendangnya sambil berkata, “Hai, wanita gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” Wanita tua itu terkapar di pasir, menangis, dan sakit hati. cerita dongeng legenda malin kundang Orang-orang yang meilhatnya ikut terpana dan kemudian pulang ke rumah masing-masing. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika ia sadar, Pantai Air Manis sudah sepi. Dilihatnya kapal Malin semakin menjauh. Ia tak menyangka Malin yang dulu disayangi tega berbuat demikian. Hatinya perih dan sakit, lalu tangannya ditengadahkannya ke langit. Ia kemudian berdoa dengan hatinya yang pilu, “Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafhan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil menangis. Tak lama kemudian cuaca di tengah laut yang tadinya cerah, mendadak berubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebatnya. Tiba-tiba datanglah badai besar, menghantam kapal Malin Kundang. Laiu sambaran petir yang menggelegar. Saat itu juga kapal hancur berkeping- keping. Kemudian terbawa ombak hingga ke pantai. Esoknya saat matahari pagi muncul di ufuk timur, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. Itulah kapal Malin Kundang! Tampak sebongkah batu yang menyerupai tubuh manusia. Itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu karena telah durhaka. Disela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikan belanak, dan ikan tengiri. Konon, ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus mencari Malin Kundang. Sampai sekarang jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi seperti lolongan jeritan manusia, terkadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri, “Ampun, Bu…! Ampuun!” konon itulah suara si Malin Kundang, anak yang durhaka pada ibunya. Pesan moral dari Cerita Dongeng Malin Kundang Cerita Rakyat SumBar adalah Hormatilah ibumu dan jangan perna mendurhakainya. Sewaktu kecil, kamu pasti sering mendengar dan membaca dongeng nusantara "Malin Kundang", entah di sekolah atau sebelum tidur. Sekarang, giliran kamu yang membacakan cerita Malin Kundang, dongeng dari Padang, Sumatera Barat itu kepada buah Kundang selalu digunakan untuk pengingat untuk anak kala tidak menurut. Ini adalah kisah anak durhaka yang dikutuk menjadi batu. Lalu, bagaimana cerita Malin Kundang ini, ya? Yuk simak ceritanya di bawah ini!1. Di Perkampungan Pantai Air Manis, hiduplah Mande Rubayah dan anak laki-lakinya, yaitu Malin KundangIlustrasi ibu dan anak laki-laki ElliottDahulu kala di Perkampungan Nelayan Pantai Air Manis, hiduplah seorang janda bernama Mande Rubayah dan anak laki-lakinya, Malin Kundang. Mande Rubayah sangat menyayangi dan memanjakan Malin. Malin pun tumbuh jadi anak yang rajin dan Mande Rubayah mulai menua, ia hanya bekerja sebagai penjual kue untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Suatu hari, Malin jatuh sakit. Tubuh Malin mendadak panas sekali. Mande Rubayah pun berusaha sekuat tenaga menyelamatkan usaha keras ibunya sampai mendatangkan tabib, nyawa Malin berhasil diselamatkan. Setelah sembuh, ibunya semakin sayang kepada Malin. Begitu pula dengan Malin, ia yang amat menyayangi Setelah dewasa, Malin berpamitan kepada ibunya untuk pergi merantau bersama kapal besarIlustrasi kapal besar Nguyen VinhKapal besar setahun sekali merapat ke Pantai Air Manis. Ketika sudah dewasa, Malin meminta izin ibunya untuk merantau dengan kapal itu. Awalnya ibunya ragu. Tapi dengan berat hati, akhirnya ia mengizinkan anaknya pun pergi berbekal tujuh bungkus nasi yang dibalut daun pisang dari ibunya. Malin juga menenangkan ibunya bahwa tidak akan terjadi apa-apa kepada dirinya di Mande Rubayah selalu mendoakan anaknya agar selamat di pelayarannyaIlustrasi berpisah Stock projectSetelah kepergian Malin, hari-hari terasa berjalan lambat bagi Mande Rubayah. Ia selalu memandang ke laut dan mendoakan anaknya agar selamat dalam Rubayah selalu menanyakan kabar Malin setiap ada kapal besar yang merapat. Namun, jawaban dari nahkoda dan awak kapal tidak ada yang memuaskannya. Malin pun tidak pernah menitipkan barang atau pesan apa Ibu Malin yang semakin tua, mengharapkan anaknya segera kembali kepadanyaIlustrasi ibu berdoa dan berharap Mande Rubayah yang tak putus-putusnya itu, terus dilakukan sampai ia semakin menua. Tubuhnya mulai dimakan usia dan jalannya mulai terbungkuk-bungkuk."Ibu sudah tua, Malin. Kapan kau pulang?" rintih Mande Rubayah tiap malam. Namun, Malin tak juga datang mengunjungi ibunya. Nahkoda kapal yang membawa Malin pun, membawa kabar kalau Malin sudah menikah dengan gadis Harapan Mande Rubayah terkabul. Ada kapal megah dan indah merapat ke pantaiIlustrasi kapal merapat AhmadKeyakinan Mande Rubayah diaminkan dengan kedatangan kapal megah. Penduduk perkampungan menyambut gembira kapal itu. Mereka berkumpul di sekitar kapal itu karena mengira itu milik sultan atau Rubayah pun turut berdesakan di dekat kapal. Ia melihat sepasang muda-mudi di anjungan kapal. Pasangan itu mengenakan baju berkilau dan tersenyum. Ibu Malin itu, mengetahui bahwa lelaki muda itu adalah anaknya. Baca Juga Ini 6 Pelajaran Penting tentang Dongeng di 'It's Okay to Not be Okay' 6. Mande Rubayah menyambut dan memeluk Malin karena takut kehilangan anaknya lagiIlustrasi ibu memeluk anak laki-laki Stock projectIbu Malin mendahului sesepuh kampung untuk menghampiri Malin. Ia langsung memeluk erat-erat seakan takut kehilangan anaknya lagi. Isak tangis Mande Rubayah pun pecah."Malin, anakku. Kau benar anakku, kan?" kata Mande. "Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?" katanya lagi. Malin terkejut disambut oleh perempuan tua dan berpakaian compang-camping. Ia tak percaya bahwa perempuan itu Istri Malin merendahkan ibunya. Malin pun tidak mengakui ibunyaIlustrasi marah ezzMalin mengingat ibunya adalah perempuan tegar dan kuat menggendongnya ke mana saja sehingga ia tak percaya dengan orang yang memeluknya. Malin tidak sempat berpikir karena istrinya langsung mengatakan hal yang merendahkan."Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku?" ucapnya sinis. "Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?" tanyanya perkataan istrinya, Malin pun mendorong Mande Rubayah hingga terguling ke pasir. Ibu Malin tidak percaya akan perlakuan anaknya. Ia jatuh dan berkata, "Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?"8. Malin bersikap kasar kepada ibunya dan meninggalkan Pantai Air ManisIlustrasi kapal berlayar tidak peduli perkataan ibunya. Ia tidak mau mengakui ibunya karena malu kepada istrinya. Mande bersujud di kaki Malin dan hendak memeluk kakinya. Namun, Malin malah menendangnya."Hai, perempuan gila! Aku bukan anakmu! lbuku tidak seperti engkau, melarat dan kotor!" kata Malin kepada ibunya. Mande Rubayah pun pingsan. Ketika ia tersadar, pantai sudah sepi dan kapal Malin sudah pergi Mande Rubayah berdoa dengan pilu dan cuaca pun tiba-tiba berubahIlustrasi kilat PlenioHati Mande Rubayah perih seakan ditusuk-tusuk. Ia tak menyangka anak laki-laki kesayangannya, tega kepada ibunya sendiri. Ia menengadahkan tangan ke langit dan berdoa dengan hati pilu.“Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi, kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, ya Tuhan!” ucapnya pilu sambil cuaca di tengah laut yang cerah berubah menjadi gelap. Hujan lebat turun. Badai dan petir menghantam kapal Malin Badai menghancurkan kapal Malin Kundang dan tampak sebongkah batu menyerupai tubuh MalinBatu Malin Kundang yang datang tiba-tiba itu, menghancurkan kapal Malin Kundang hingga berkeping-keping. Puing kapalnya terbawa sampai ke pantai. Pagi harinya, terlihat puing kapal Malin Kundang yang terdampar telah menjadi Malin Kundang pun turut menjadi batu. Ia dikutuk oleh ibunya karena durhaka. Di sela-sela batu, ikan teri, ikan belanak, dan ikan tenggiri berenang. Ikan itu berasal dari tubuh istri Malin yang mencari cerita Malin Kundang yang durhaka terhadap ibunya. Pesan yang bisa disampaikan ke anak dari kisah ini adalah sayangilah orangtua ketika gembira atau sedih. Jangan lupakan jasa mereka yang telah menyayangimu! Baca Juga Pentingnya Media Dongeng pada Masa Tumbuh Kembang Anak

cerita rakyat bahasa jawa malin kundang